Laman


Sabtu, 31 Juli 2010

sedikit info ttg Sya-Ra ( Syaban- Ramadhan )

Pidato Rasulullah di Akhir Sya’ban (29 SYA’BAN) Menyambut Ramadhan

Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Salman r.a. ujarnya:

”Rasulullah saw pada hari terakhir dari bulan Sya’ban berkhuthbah di hadapan kami.

Maka beliau bersabda:

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam (shalat) pada malam harinya sebagai suatu tahawwu’ (ibadah sunnah yang sangat dianjurkan).

Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan (sunnah) di dalamnya, maka (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardlu) di bulan yang lain. Dan siapa saja yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, maka (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga (al jannah). Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin.


Siapa saja yang pada bulan itu memberikan makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka perbuatan itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, kemerdekaan dirinya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang berpuasa yang diberinya makanan berbuka itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu”.

Para sahabat berkata: “Ya Rasululullah, tidak semua dari kami memiliki makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa.”


Rasulullah saw. pun menjawab: “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan sekalipun hanya sebutir korma atau sekedar seteguk air atau sehirup susu.


Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari orang yang dikuasainya (hamba sahaya atau bawahannya), niscaya Allah mengampuni dosanya dan membebaskannya dari api neraka.


Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan Ramadhan ini.
Dua perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya sangat kalian butuhkan.
Dua perkara yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah: mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian memohon ampunan kepada-Nya.

Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah kalian memohon surgaNya dan berlindung dari api neraka-Nya.


Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga.”

HENDAKNYA TIDAK PUASA PADA 29 ATAU 30 SYA’BAN

Tanggal 30 Sya’ban adalah saat yang meragukan kita apakah ia masih 30 Sya’ban atau sudah masuk 1 Ramadhan. Maka hendaknya kita tidak berpuasa sunnah pada tanggal 30 Sya’ban, karena hukumnya makruh.

Telah berkata ‘Ammar bin Yasir r.a. :

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diraguinya, berarti ia telah durhaka kepada Abul Qasim saw.” (HR. Ash-habus Sunan).

Abul Qasim yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw.

Hindari juga berpuasa tanggal 29 Sya’ban. Namun jika ia berpuasa pada tanggal 29 atau 30 Sya’ban karena kebetulan bertepatan dengan kebiasaannya, misalnya ia terbiasa berpuasa Dawud, maka hukumnya boleh dan tidak makruh.

Diterima dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw bersabda:

“Janganlah kamu dahului Puasa Ramadhan itu barang sehari atau dua hari, kecuali jika bertepatan dengan hari yang biasa dipuasakan, maka bolehlah kamu berpuasa pada hari itu.” (Diriwayatkan oleh Jamaah Ahli Hadits)

Ru’yatul Hilal Ramadhan


Tanggal 29 Sya’ban 1431 H bertepatan dengan Selasa tanggal 10 Agustus 2010. Untuk mengetahui apakah hari Rabu esok harinya sudah masuk 1 Ramadhan 1431 H atau masih 30 Sya’ban maka Allah SWT memberikan tuntunan dengan melakukan ru’yatul hilal. Ru’yatul Hilal adalah melihat bulan sabit (babi moon) yang menandai lahirnya bulan baru. Ru’yatul Hilal dilakukan beberapa saat setelah matahari terbenam.

Diriwayatkan al-Bukhari dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Berpuasalah kalian sesuah melihat bulan (Ru’yatul Hilal) dan berbukalah kalian sesudah melihat bulan (Ru’yatul Hilal). Jika mendung menghalangi penglihatan kalian, maka sempurnakanlah Sya’ban menjadi 30 hari.”

Sumber:

Shahih Bukhari (Terj). Penerbit Widjaya. Jakarta. 1992

Shahih Muslim (Terj). Penerbit Widjaya. Jakarta. 1996

Nailul Authar Jilid 3 (Terj). Asy-Syaukani. PT. Bina Ilmu. Surabaya. 1978

Fiqih Sunnah Jilid 3 (Terj). Sayyid Sabiq. Penerbit PT Al-Ma’arif. Bandung. 1997

Fiqh Islam. H. Sulaiman Rasyid. Penerbit Sinar Baru. Bandung. 1988

Pedoman Puasa. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. PT. Pustaka Rizki Putra. Semarang. 2005

Tidak ada komentar: