Laman


Senin, 28 Juni 2010

kenakan kerudung n jilbabmu!


DEFINISI JILBAB
Diterangkan dalam kamus al Muhith, jilbab adalah pakaian yang luas untuk wanita yang dapat menutupi pakaian rumahnya seperti milhafah (mantel).
Tafsir Jalalain (jilid 3:1803) memberikan arti jilbab sebagai kain yang dipakai seorang wanita untuk menutupi tubuhnya.
Jauhari dalam Ash Shihah mengatakan jilbab adalah kain penutup tubuh wanita dari atas sampai bawah.
Khaththath Usman Thaha dalam Tafsir wa Bayan menjelaskan jilbab adalah apa-apa yang dapat menutupi seperti seprai atas tubuh wanita hingga mendekati tanah.
Fiqh Sunnah oleh Sayyid Sabiq Jilid 7 (Edisi Indonesia) menerangkan jilbab adalah baju mantel.
Dalam Kitab Mujam al Wasith hal 128 jilbab diartikan sebagai pakaian yang menutupi seluruh tubuh atau pakaian luar yang dikenakan diatas pakaian rumah seperti mantel.

KEWAJIBAN BERKERUDUNG & BERJILBAB

* Kewajiban Berkerudung, diterangkan pada QS An Nuur:31 :
Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

*Kewajiban berjilbab diterangkan pada Qur’an surat Al-Ahzab:59:


Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al-Ahzab:59
 

BATAS AURAT WANITA

Batas aurat wanita adalah wajah dan telapak tangan sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Hadis riwayat Aisyah r.a., bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, seseungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Demikianlah penjelasan tentang pakaian menurut syari'at 
serta batas aurat wanita muslimah, 
maka ketika telah memgetahui perbedaan kerudung&jilbab serta mengetahui 
batas auratmu maka kenakanlah segera kerudung&jilbabmu n_n

Nasehat Seorang Bapak Untuk Calon Menantu (yang udah jadi menantu juga gak papa)

"Perempuan yang duduk di sisi ananda bukanlah segumpal daging
yang dapat ananda kerat dengan semena-mena, dan bukan pula
budak belian yang dapat ananda perlakukan sewenang-wenang.
Ia adalah perempuan yang dianugrahkan Allah kepada keluarga
kami dan mulai pagi ini dianugrahkan Allah untuk membuat hidup
ananda lebih indah dan lebih bermakna. Perempuan yang anak
kami itu mulai sekarang menjadi amanah Allah yang harus ananda
pertanggungjawabkan lahirnya dan bathinnya ke hadapan Allah.
Karena itu muliakanlah perempuan yang jadi isterimu itu sesuai
dengan perintah Rasulullah SAW yang pernah bersabda:

”Tidak memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia.
Tidak merendahkan wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.”


Rasulullah adalah manusia paling mulia. Dengarlah apa yang dikatakan
Siti Aisyah yang menceritakan bagaimana Rasulullah memuliakan isterinya.

“Di rumah,”kata Siti Aisyah,”Rasulullah melayani keperluan isterinya dan
rumahtangganya . Rasulullah tidak jarang melakukan pekerjaan rumah tangga
seperti memasak, menyapu lantai dan membersihkan pakaian”


Rasulullah memanggil isterinya dengan panggilan yang baik. Setelah
Rasulullah wafat, ada beberapa orang menemui Siti Aisyah dan memintanya
agar menceritakan perilaku Rasul. Siti Aisyah sesaat tidak menjawab permintaan
itu. Air matanya berderai. Kemudian dengan nafas panjang dan lidah yang agak
kelu, ia berkata:

”Kana kullu amrihi ajaba … ”
(Ah…semua perilakunya indah…”)”

Kalau Bapa harus menyimpulkan nasihat Bapa kepadamu, Bapa hanya ingin
mengatakan:
"Muliakan anak Bapa yang menjadi istrimu itu dengan penuh kemesraan,kesucian,
kesetiaan dan penghormatan, hingga kalau suatu hari Bapa atau Mamah atau
siapapun bertanya kepada isterimu ini tentang kamu dan perlakuan mu padanya,
maka Insya Allah, isterimu yang anak Bapa dan Mamah itu akan menjawab:
Ah…semua perilakunya indah dan menakjubkan
http://babyhakunamatata.multiply.com
* spesial tuk sahabatku yang beberapa hari lagi akan menempuh hidup baru: semoga menjadi keluarga yang SaMaRa( Sakinah, Mawaddah waRahmah ) ya..........

Ya Sudahlah....

KeTiKa MiMpiMu
yAnG BeGiTu InDaH
TaK PeRnAh TeRwUjUd
Ya SuDaHLaH…

SaAt KaU BeRLaRi
MeNgEJaR AnGanMu
DaN TaK PeRnAh SaMpAi
Ya SuDaHLah…

ApApun yAnG tErJaDi
Ku KaN SlaLu AdA UnTuKmu
JaNgAn laH KaU BeRsEdiH
CoZ eVryThiNg GoNNa Be OkEy..

SaAT KaU BeRhArAp
KeRaMaHaN CiNta
TaK PeRnAh kAu dApAT
Ya SuDaHLaH…………………….

ApApun yAnG tErJaDi
Ku KaN SlaLu AdA UnTuKmu
JaNgAn laH KaU BeRsEdiH
CoZ eVryThiNg GoNNa Be OkEy..


By: Bondan & Fade 2 Black

tentang rasa malu yang redup tenggelam.....

 

JAKARTA (voa-islaml.com)– Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan bahaya dan kebodohan pelaku seks bebas yang direkam dalam video bertitel ‘Ariel, Luna Maya dan Cut Tari.’ Penyair kondang Taufik Ismail menuangkan kejahatan gerakan kebebasan syahwat yang bisa menghancurkan moral bangsa, dalam sebuah puisi religius.

Dalam seruan penghapusan pornografi yang disebut “Deklarasi Menteng” yang dilakukan di kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jakarta, Jumat (25/6/2010), Taufik membacakan puisi yang patut direnungkan oleh Ariel Peterpan dan para penggemarnya. Inilah petikannya:
GERAKAN SYAHWAT MERDEKA
(Atau tentang rasa malu yang redup tenggelam di tanah air kita)
Reformasi sebagai gelombang raksasa
Membawa perubahan politik dahsyat satu dasawarsa
Dan menumpang masuklah penghancur nilai-nilai luhur bangsa,
Penumpang destruktif pelaksana
Dengan ciri kerja gabungan utama:
Permisif: serba boleh
Adiktif: serba kecanduan
Brutalistik: serba kekerasan
Transgresif: serba melanggar aturan
Hedonistik: serba mau enak, foya-foya
Materialistik: serba benda, diukur

Dan mereka bekerja dengan leluasa,
karena tidak ada rasa malu lagi dalam panca indera

Dengan mengusung nilai permisif, serba boleh begitu-begini
Hak orang lain diambil, tanpa rasa malu lagi
Populernya ini disebut korupsi
Dan menjadilah negeri ini menduduki papan atas di dunia koruptif kini
Karena rasa malu terkikis nyaris habis

Nilai permisif yang serba boleh itu
menyebabkan hak penggunaan kelamin orang lain
Diambil dicuri tanpa rasa risih
Karena rasa malu sudah sangat erosi
...Nilai permisif yang serba boleh itu menyebabkan hak penggunaan kelamin orang lain diambil dan dicuri tanpa rasa risih...
Perilaku adiktif, serba kecanduan di negeri kita ini
Melingkupi alkohol, nikotin, narkotika dan pornografi
Dilakukan orang karena rasa malu yang makin kerdil mengecil

Tingkah laku brutalistik, serba kekerasan
Menyebabkan wajah Indonesia tak lagi ramah dan sopan

Sedikit-sedikit murka, kepalan teracung, kata-kata nista
Menggoyang pagar, merusak kantor, membakar kendara
Bringas, ganas, sampai membunuh sesama bangsa
Begitulah rasa malu sudah habis dan sirna

Kelakuan transgresif, serba melanggar peraturan
Mengakunya progresif, pelopor kemajuan
Tapi sejatinya transgresor, melangkahi merusak tatanan
Mendobrak tabu kepada yang muda diajarkan
Karena rasa malu sudah hancur berantakan

Perilaku hedonistik, serba mau enak dan foya-foya
Memperagakan kekayaan di lautan kemiskinan
Empati jadi direduksi luar biasa
Karena rasa malu sudah raib ke angkasa

Kelakuan materialistik, serba benda
Segala aspek kehidupan diukur dengan uang semata
Cengkeramannya makin terasa dalam perilaku hidup kita
Karena rasa malu akan kita cari kemana

Inilah adegan kehancuran budaya bangsa kita
Salah satu sebab utama, dari banyak faktor yang dapat dieja
Yang sepatutnya kita sebut sambil menangis

Di dalam praktik di masyarakat kita hari ini
Terutama berlangsung sejak Reformasi
Tak ada sosok dan bentuk organisasi resminya
Tapi jaringan kerjasamanya mendunia,
Kapital raksasa mendanainya,
Ideologi gabungan melandasinya
Dengan gagasan neo-liberalisme sebagai lokomotifnya
Dan banyak media massa jadi pengeras suaranya
Dan tak ada rasa malu dalam pelaksanaannya
Inilah Gerakan Syahwat Merdeka
Dan pornografi salah satu komponen pentingnya.

Menanggapi Kenaikan TDL (Tarif Dasar Listrik)


 
YEL-YEL aksi Tolak Kenaikan TDL

Ayo lihatlah kawan
Tayangan televisi
TDL naik lagi
Di awal Juli nanti..
Islam Punya solusi
Tapi mereka tuli
Kapi..talis...lah biang keladi.

[Al-Islam 512]
Pada Selasa, 15 Juni lalu, rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri ESDM Darwin Saleh akhirnya menyetujui kenaikan TDL untuk semua pelanggan. Kenaikannya bervariasi. Yang terkecil golongan industri berdaya 1.300-2.200 VA naik 6%. Yang paling paling besar golongan rumah tangga berdaya 1300-5500 VA naik 18%. Adapun golongan rumah tangga berdaya 450 - 900 VA tidak dinaikkan.

Kenaikan TDL itu konon dilakukan untuk menutupi kekurangan subsidi listrik. Menurut perhitungan, subsidi listrik pada APBN-P 2010, biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik Rp 144,35 triliun. Tingkat pendapatan yang dibutuhkan PLN (BPP ditambah 8% margin usaha) Rp 155,90 triliun. Padahal pendapatan penjualan tenaga listrik Rp 95,8 triliun. Jadi, kebutuhan subsidi listrik tahun 2010 semestinya Rp 60 triliun. Namun, alokasi subsidi yang disetujui DPR dalam APBN-P 2010 hanya sebesar Rp 55,15 triliun, artinya masih kurang Rp 4,85 triliun. Kekurangan dana itulah yang harus ditutup oleh pelanggan golongan mampu lewat kenaikan TDL.

Dampak Kenaikan Tarif Listrik

Kenaikan TDL itu hampir bisa dipastikan akan mengakibatkan kenaikan harga-harga barang kebutuhan. Sebab, semua produsen mulai dari bahan mentah hingga produk setengah jadi pasti akan menaikkan harga jual produknya sehingga kenaikan harga produk akhir akan cukup besar. Ironisnya, kenaikan harga itu bisa terjadi pada sebagian besar barang kebutuhan. Kenaikan harga barang-barang itu akan dirasakan oleh semua orang. Bagi kelompok masyarakat pelanggan listrik 450 - 900 VA, kenaikan harga-harga itu pasti akan terasa berat. Sebab, mereka sebagian besar–kalau tidak seluruhnya–berpenghasilan minim. Mereka itu di antaranya adalah petani, buruh tani, pedagang asongan, buruh pabrik, pekerja serabutan dan semisalnya. Bagi kalangan petani, kenaikan harga itu menjadi pukulan kedua setelah pada awal April lalu harus menghadapi kenaikan harga pupuk hingga 45%.

Kalangan industri juga akan merasakan dampak kenaikan TDL itu meski bervariasi tingkatnya. Industri dengan biaya listrik besar seperti industri tekstil, mebel, semen, kaca lembaran, baja, roti, termasuk perhotelan terutama kelas melati, dsb, akan sangat terpengaruh. Bagi industri, solusi menaikkan harga jual produk hampir tidak mungkin karena daya saing produk akan kalah dibandingkan dengan produk lain terutama impor. Karena itu, agar bisa bertahan, yang paling mungkin adalah mengurangi produksi, atau memangkas biaya lain, dan ujung-ujungnya adalah melakukan PHK. Lagi-lagi kelompok masyarakat kecillah yang harus menanggung akibat paling fatal.

Bagi kalangan industri terutama UKM kenaikan TDL itu akan menurunkan daya saing. Daya saing itu sangat diperlukan untuk bisa bertahan di tengah gempuran produk impor pasca CAFTA (Kesepakatan Perdagangan Bebas Cina-Asean) dan sebentar lagi akan berlaku free trade (perdagangan bebas) dengan India. Semestinya daya saing itu ditingkatkan, bukan malah diturunkan dengan kenaikan TDL. Jika industri kesulitan untuk bertahan hidup, itu artinya masalah pengangguran akan terus menghantui atau bahkan bertambah besar jumlahnya akibat gelombang PHK dan tidak terserapnya angkatan kerja baru. Itu bisa saja menjadi salah satu dampak bergilir yang paling serius dari kenaikan TDL, apalagi jika BBM juga kembali dinaikkan seperti yang sudah mulai diwacanakan selama ini.


Tidak Adakah Solusi Lain?

Pada 8 Maret 2010 lalu Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa tarif dasar listrik akan naik pada bulan Juli 2010. Ketika itu Menkeu mengisyaratkan tarif listrik akan naik rata-rata 15%. Alasan kenaikan tersebut karena Pemerintah menaikkan marjin keuntungan PT PLN (persero) dari 5% menjadi 8% (Tempointeraktif.com, 9/3/2010).

Di sisi lain, karena PLN sudah menjamin mulai 1 Juli tidak akan ada lagi pemadaman listrik bergilir, PLN harus menambah pasokan BBM. Akibatnya, pengeluaran bertambah bengkak. Penambahan penggunaan BBM itu karena minimnya pasokan gas yang diterima PLN, sementara sangat sulit dan hampir-hampir PLN merasa frustasi untuk mendapatkan tambahan pasokan gas yang baru. Padahal jika sebagian besar pembangkit PLN digerakkan dengan gas, PLN akan bisa menghemat puluhan triliun. Jika itu terealiasasi maka dengan dana yang dihemat itu PLN bisa membangun jaringan atau pembangkit baru sehingga penyediaan tenaga listrik akan lebih merata dan terjamin. Sayangnya, hal itu untuk saat ini masih sebatas mimpi.

Kenaikan TDL tidak akan terus menjadi ancaman seandainya PLN bisa mendapatkan pasokan gas dalam jumlah yang cukup dan terjamin. Apalagi jika diiringi dengan pengembangan sumber listrik yang terbarukan seperti panas bumi, tenaga surya, air, angin, gelombang laut, dsb; atau bahkan mengembangkan PLTN (Nuklir) yang meski tidak terbarukan tapi bisa menyediakan tenaga listrik dalam jumlah sangat besar.

Namun, sayang hal itu tidak bisa terjadi saat ini. Pasalnya, gas produksi dalam negeri justru lebih banyak diekspor dengan kontrak jangka panjang. Pangkalnya adalah UU yang dibuat DPR yaitu UU No 22 tahun 2001 tentang Migas yang mengamanatkan Domestic Market Obligation (DMO)–kewajiban suplai gas untuk kebutuhan dalam negeri–hanya minimal 25%. Akibatnya, gas Tangguh terus mengalir ke luar, di antaranya ke Cina dengan harga yang murah. Gas Natuna Blok B telah diikatkan kontrak untuk mensuplai Singapura selama cadangannya masih ada. Gas-gas dari lapangan lainnya sama saja. Akibatnya, saat kita (terutama PLN) sangat membutuhkan gas seperti sekarang, belum tampak keinginan atau keberanian Pemerintah untuk merundingkan ulang penjualan gas ke luar negeri itu sehingga bisa dialihkan untuk mensuplai kebutuhan dalam negeri, termasuk PLN. Bahkan terhadap gas Donggi Senoro yang hendak dijual saja, Pemerintah tampak tidak berani memutuskan lebih banyak untuk kebutuhan dalam negeri; hanya sekitar 30% untuk dalam negeri, sementara 70% dijual ke luar negeri.

Apalagi pengusahaan gas itu diserahkan kepada kontraktor yang hampir semuanya asing. Akibatnya, Pemerintah tidak bisa sepenuhnya mengelola gas itu untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sungguh ironis! Gas milik kita yang sangat kita butuhkan dijual ke luar negeri, bahkan ada yang dengan harga murah, sementara industri dalam negeri kesulitan termasuk PLN dan kita harus mengimpor BBM dengan harga mahal. Itulah di antaranya akibat UU yang dibuat oleh mereka yang konon menjadi wakil-wakil rakyat kita sendiri. Belum lagi adanya jaringan “mafia” di trading “energi” yang banyak memainkan produk UU demi kepentingan bisnisnya.

Dengan demikian, demokrasi sesungguhnya menjadi lahan bagi tumbuh suburnya para penjahat yang mengatasnamakan rakyat untuk merampok harta rakyat. Ini adalah salah satu pangkal persoalan dalam masalah ini. Semua itu adalah akibat doktrin ideologi dan sistem ekonomi Kapitalisme yang diadopsi di negeri ini.

Ideologi Kapitalisme mendoktrinkan bahwa campur tangan negara harus seminimal mungkin. Dalam penyediaan listrik ini pun, negara akhirnya memerankan diri sebagai pedagang dan memposisikan rakyat sebagai konsumen. Ideologi dan sistem ekonomi kapitalis juga mendoktrinkan pengelolaan SDA diserahkan kepada swasta. Tampak jelas, pangkal dari masalah TDL ini adalah politik energi dan pengelolaan SDA yang berlandasan ideologi Kapitalisme dengan sistem ekonominya seraya berpaling dari peringatan (ketentuan) Allah. Ini sudah diperingatkan oleh Allah dalam QS Thaha [20]: 124

Pandangan Islam

Islam menggariskan pemerintah (negara) berkewajiban memelihara urusan dan kemaslahatan rakyat. Dalam memberikan pelayanan kepada rakyat, negara tidak boleh berpikir untuk mengcari untung. Yang harus menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana memberikan pelayanan kepada rakyat semaksimal dan sesempurna mungkin. Ini pula yang harus dijadikan pikiran dasar dalam menyediakan tenaga listrik.

Islam menetapkan bahwa kekayaan alam seperti gas, minyak, barang tambang, dsb sebagai milik umum; milik seluruh rakyat. Kekayaan alam itu tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang atau pihak swasta. Kekayaan alam itu harus dikelola oleh negara bukan sebagai pemilik, tetapi hanya mewakili rakyat yang mejadi pemilik kekayaan itu. Seluruh hasilnya harus dikembalikan kepada rakyat, di antaranya dalam bentuk berbagai pelayanan, termasuk penyediaan tenaga listrik. Nabi saw. pernah bersabda:

الْمُسْلِمُونَ شُرَكَاءُ فِي ثَلاَثٍ فِي الْكَلإَِ وَالْمَاءِ وَالنَّارِ

Kaum Muslim bersekutu dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air dan api (HR Abu Dawud, Ahmad dan al-Baihaqi).

Kata api pengertiannya mencakup sumber energi, termasuk listrik. Artinya, Islam menetapkan listrik sebagai milik umum, milik seluruh rakyat. Karena itu, untuk melaksanakan kewajiban memelihara urusan rakyat, negara harus mengelola tenaga listrik dalam posisi mewakili rakyat sebagai pemiliknya. Jadi fokus pemerintah adalah menjamin penyediaan dan pelayanan tenaga listrik semaksimal dan sesempurna mungkin untuk seluruh rakyat. Bahan bakarnya dipasok dari hasil eksploitasi kekayaan milik rakyat baik BBM, gas, batubara, panas bumi, dsb. Biayanya diambil dari hasil pengelolaan kekayaan alam yang juga milik rakyat. Dengan begitu tenaga listrik bisa disediakan semaksimal dan sesempurna mungkin dengan harga yang murah. Dengan itu pula lapangan kerja akan bisa dibuka seluas-luasnya karena industri bisa berkembang dengan baik sekaligus berdaya saing tinggi. Harga-harga kebutuhan akan murah atau mudah dijangkau. Pada akhirnya kesejahteraan akan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat.

Wahai Kaum Muslim:

Masalah kenaikan TDL dan semua problem yang dihadapi masyarakat saat ini berpangkal pada penerapan ideologi Kapitalisme berikut sistem turunannya terutama sistem politik dan sistem ekonomi. Selama ideologi Kapitalisme berikut sistemnya itu masih diadopsi, selama itu pula masalah tidak akan pernah berhenti mendera masyarakat.

Karena itu, ideologi dan sistem Kapitalisme itu harus ditinggalkan. Selanjutnya negera ini harus segera mengambil dan menerapkan ideologi dan sistem Islam dengan syariahnya dalam sistem Khilafah. Hanya dengan itu umat manusia bisa memandang masa depan yang lebih baik. Sungguh telah tiba saatnya untuk mewujudkan semua itu.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian menuju sesuatu yang memberi kalian kehidupan (QS al-Anfal [8]: 24).

ketika luka menyapa...

luka tu adalah penyakit hati, jgn sampai menggerogoti tubuh yg lain, seperti bara api yg senantiasa menggerogoti kayu sampai habis jd abu, jgn krn rasa tu membuat kita lalai pd kewajiban kita, bencilah sifat'nya, bencilah tingkahnya, nasihatilah diri'nya, bantahlah jika menyuruh pd kesalahan,,, manusia tiada yg sempurna, selama hayat msh ada, kesalahan bs d perbaiki, selebihnya Allah lah yg maha mengetahui akan hidayah dan dhalalah...
(mengutip perkataan seorang sahabat ) ....

Kamis, 24 Juni 2010

just 4 u mom

Bunda,
Aku tak bisa membayangkan hari pertama turun dari alam ruh. Allah menitipkankanku di gua garbamu.Tak bisa ku bayangkan ketika berumur sedetik, dua detik, enam puluh detik, dua menit, tiga jam, sehari, seminggu, sebulan hingga berbulan-bulan. Dimana kau membawaku kemana kau pergi, ngilu saat menendang -nendang.
Ajaib! Kau menyambut semesta dengan   sabar dan suka cita yang dalam. " Ini anugerah termahal dari Maharahman." ucapmu pada semesta alam. Sama sekali kau tak perduli monster kematian yang memayungimu sejak awal hadirku dan detik-detik kontraksi. Saat pekik pertamaku menembus seluruh mata angin dunia, kau tersenyum. Mengapa kau tersenyum, bunda? Bukankah kau kesakitan? Aku telah berutang nyawa padamu. Hanya surga yang pantas bagimu....

"Mom, I love you more than I can say,I love you from the deepest of my heart, I love you more with all I am "

 http://sl.glitter-graphics.net/pub/1029/1029219qeobomkg5z.gif

Rabu, 23 Juni 2010

Mari Lebih Dekat DenganNya....



TAHAJUD
Sabda Nabi, “ Shalat Tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan diri dari penyakit” (HR at-Tirmidzi).
Tips bangun malam/dini hari :
  1. Jangan merasa bangun malam/ dinihari itu sulit, perasaan “sulit” akan menjadi sugesti negatif yang makin memberatkan diri untuk bangun.
  2. Jaga keikhlasan serta perbanyak istighfar dan zikir, boleh jadi dosa dan kelalaian dirilah yang mengakibatkan sulitnya kita untuk bangun kemudian beribadah.
  3. Mengingat manfaat ibadah pada waktu ini-baik itu tahajud ataupun shalat jamaah subuh, manfaat dunia maupun akhirat-tulis jika perlu, agar semangat baru selalu terasa tiap kali membacanya.
  4. Sebelum tidur, lakukan adab-adab yang dituntunkan syari’at, seperti berwudhu, berdoa, posisi tidur, dsb. Penjagaan Allah diawali dari penjagaan kita terhadap adab dan tuntunan yang telah digariskanNya. Insya Allah akan terasa mudah sekali untuk bangun malam jika poin ini dipenuhi.
  5. Kenali lama tidur ideal masing-masing. Apakah itu 2 jam, 5 jam, 6 atau 7 jam; sehingga kita tahu kapan saat harus tidur dengan memperkirakan waktu bangun sekitar jam 3 dinihari. Lebih baik kerjakan tugas/lembur dini hari, daripada malam harinya.
  6. Jangan melupakan tidur siang selagi ada kesempatan. Tidur siang memperkuat daya tahan kita untuk bangun malam harinya
  7. Letakkan bel /alarm pada tempat yang kurang terjangkau tapi masih terdengar keras, semisal di bagian atas tempat tidur. Sehingga kita bangun tapi tidak sekedar untuk mematikan alarm tersebut. Jika perlu, saling mengingatkan/membangunkan sesama teman.
  8. Bertahap dalam mendidik diri. Maksudnya, pada awal pengerjaan ibadah, ambil rakaat Tahajud yang ringan(2-4 rakaat) dengan jeda yang tidak terlalu jauh dengan Shalat subuh. Setelah itu ditingkatkan secara bertahap sesuai kemampuan kita.
Amr Ibnu Abbas berkata : saya mendengar Nabi Saw, bersabda: “ Sedekat-dekatnya hamba kepada Allah Swt, ialah di tengah malam yang akhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berdzikir kepada Allah Swt, pada waktu itu usahakanlah!” (HR al-Hakim)
Di saat masih banyak manusia yang lalai dan terlelap, terimalah ketundukanku ini ya Rabb………
DHUHA
Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda:” Shalat Dhuha itu shalat orang yang kembali kepada Allah, setelah orang-orang mulai lupa dan sibuk bekerja, yaitu pada waktu anak-anak unta bangun karena mulai panas tempat berbaringnya. “ (HR Muslim)
Tips mengerjakan shalat Dhuha di tengah kesibukan:
  1. Tentukan waktu rehat sesuai jadwal kita pada pagi harinya, kemudian niatkan Dhuha pada waktu itu. Jika memang tidak ada, kerjakan pada awal waktunya.
  2. Berwudhulah sebelum berangkat beraktivitas, kesucian diri memudahkan jiwa tunduk dalam ibadah.
  3. Buat reminder(pengingat) pada handphone/organizer kita, untuk mengerjakan shalat Dhuha.
  4. Bergaullah dengan teman-teman yang terbiasa melakukan shalat Dhuha, agar kebiasaan itu juga mendarah daging dalam diri kita.
Inilah rehat yang tidak sekedar rehat, Daripada sekedar duduk-duduk mengobrol, ayo rehat dengan ber-Dhuha dan segera kembali beraktivitas setelahnya. Kemudian, rasakan bedanya!
TIDUR SIANG
Tengah hari adalah masa paling sesuai untuk tidur sekejap karena sistem dalam tubuh manusia secara biologis efektif dalam memanfaatkan fase rehat atau tidur pada waktu ini. Fase ini disebut, midafternoon quiescent phase atau a secondary sleep gate.
Lalu , berapa lama sebaiknya kita terlelap di siang hari?
Jawabannya sederhana : tergantung kualitas tidurnya. Dengan kata lain, bukan karena lamanya tidur, tidur seseorang di katakan berkualitas. Kualitas tidur di tentukan oleh tercapai tidaknya kedalaman tidur, yang dalam bahasa kita dinyatakan dengan lelap atau nyenyak. Orang cukup jeda tidur siang setengah jam jika benar-benar penuh lelap tertidur.
Dalam sebuah riwayat, Imam Abu Hanifah selama 40 tahun tidak pernah tidur malam, karena malam harinya untuk shalat. Beliau tidur hanya pada siang hari, yaitu qailulah. Qailulah ini waktunya setelah shalat Dhuhur hingga Ashar. Jadi, tidur siang atau qailulah ini merupakan kebiasaan sebagian orang-orang terdahulu. Bila tujuannya agar bisa bangun malam untuk shalat Tahajud, tentu ini merupakan sunnah, karena Rasulullah Saw juga melakukannya. Tapi, kalau tidur siangnya hanya untuk bermalas-malasan, apalagi malam harinya juga tidak shalat Tahajud, maka apa nilai sunnah dari tidur siang ini?
Saran : Proporsional dalam menggunakan waktu, memaksakan diri tidur siang dalam situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan bukan tindakan bijak.
PUASA DAUD ( puasa sehari dan berbuka sehari )
Abdullah bin Umar r.a berkata , “ Saya menyampaikan keinginan kepada Rasulullah Saw., “ Demi Allah, saya hendak puasa di waktu siang dan shalat di waktu malam selama hidupku! “ Saya tegaskan kembali kata-kataku ini. “ Demi ayahku, engkau, dan ibuku, aku benar-benar telah mengatakannya !”
Beliau Saw, menjawab : “ Engkau pasti tidak mampu melakukannya. Berpuasalah dan berbukalah, shalat dan tidurlah, puasalah setiap bulan tiga hari, maka kebaikan berlipat sepuluh kalinya. Hal ini laksana puasa sepanjang tahun.”
“ Saya mampu lebih banyak dari itu.” Kata Abdullah bin Umar.
Beliau Saw, bersabda, “ Puasalah sehari dan berbukalah dua hari “
“Saya kuat lebih dari itu!” Jawab Abdullah bin Umar.
“ Puasalah sehari dan berbukalah sehari, ini puasa Daud ‘alaihis-salam, dan itu adalah seutama-utama puasa “ Kata Nabi Saw.
Namun, Ibnu Umar masih mengatakan, “ Saya kuat lebih dari itu! “
Nabi Saw pun menjawab, “ Tidak ada yang lebih utama daripada itu “ (HR Bukhari ).

(catatan dua tahun silam)



Minggu sore, tepat bada ashar aku sampai di sekretariat yang  setahun silam menjadi rumah keduaku, kangennn ama suasananya…belum ada perubahan, atap masih bocor, dinding dengan catnya yang mulai mengelupas, jendela yang penuh tempelan pamflet berkat tangan orang yang bertanggung jawab dan juga orang yang tidak bertanggung jawab
Ehm…meja penuh dengan barang dagangan danus….semuanya masih biasa, sampai ku temukan ada sesuatu yang berbeda diantara tumpukkan makanan dan minuman yaitu…
KOPI!!! Ooo i love coffee, dan kopi yang ada saat itu unik, karena telah sepaket ama gelasnya persis seperi mi siap saji yang tinggal di tuang air panas….tanpa ba bi bu akupun langsung membelinya, sempat ada yang heran juga secara yang aku beli “ black coffee” bukan jenis yang biasanya teman-teman akhwat minum. Setelah menyelesaikan urusan dengan para akhwat akhirnya akupun kembali ke kost, sesampainya disana ternyata telah menanti seorang teman “seperjuangan” “ kemana aja si…lambreta neh!!!” “ sabar bu….tadi ada urusan, jumpa fans he gak2 maksudku tadi ada urusan menyelesaikan amanah yang tertunda….ohya suka kopi? “ tanyaku sambil membuka kopi yang baru aku beli tadi. Dia tersenyum, nampaknya dia suka juga! “ rasa apa? Aku suka mocacinno” dan diapun berupaya mencari tahu kopi yang ku bawa, “ yahhh sayang banget bukan itu yang ku beli…bentar ya, tunggu disini, aku ke warung bentar aku beliin mocacinno!!!!” Akupun bergegas ke luar dan tak berselang lama akupun kembali lengkap dengan mocacinno di tangan, dan diapun lagi-lagi tersenyum, akupun membuat 2 kopi, dia rada terkejut dengan ekspresi wajahku saat ku tahu bahwa kopi yang ku bawa ternyata jenis 2in1 alias kopi plus gula! “ iuhhh…knapa gak nanya dulu ya tadi? Aku pikir kopi doank!“ “ lho..kamu suka kopi tanpa gula????” akupun mengangguk “ yup! “”haaa! Apa enaknya???” akupun mengambil kopi lain, kopi alami yang langsung dari kebun( dipetik, dijemur dan digiling) “ cobain! Kamu bakal ngerasain sensasi yang beda, dibanding kopi faforitmu itu jeng!” awalnya dia sebatas melirik, dan pada akhirnya dia mengangkat cangkir itu ragu-ragu. Nampaknya dia mengamati cairan hitam di dalamnya sebelum(akhirnya) dia putuskan untuk menuruti kata-kataku.
minum itu satu teguk aja.tapi jangan langsung diminum, biarkan sebentar di mulut trus rasain cairan kopi itu pake ujung lidahmu”
Terlihat sekali, ekspresi wajahnya, seperti aku saat masih kecil dan baru pertama kali minum jamu!PAHIT!!mungkin dan pastinya karena dia tidak terbiasa…
gerakin lidahmu pelan-pelan, sebelum kamu teguk kopi itu…”
Diapun benar-benar ngikutin instruksiku. “ gimana?” tanyaku sambil tersenyum
Rasanya ajaib!tadinya pahitttttt banget, tapi ko aku bisa ngerasain rasa manis setelah semua rasa pahit itu ya?”
Ngga selamanya rasa pahit itu ngga enak. Buktinya kopi yang kamu minum tadi, dengan cara-cara tertentu, kamu bisa dapetin rasa manis tepat sebelum kamu nelen semuanya”
ini salah satu analogi aku buat yang namanya hidup. Hidup juga selalu begini. Di tengah-tengah kepahitan, penderitaan, sakit hati, dan banyak lagi kebetean kita, dengan jalannya masing-masing semuanya justru memberikan kita pengalaman manis dan bahkan kenang-kenangan pantas buat dikenang di masa depan.”
Jadi…bukan hanya rasa kopi itu yang ajaib, tapi hidup kita juga…” dia menatapku, tak berkedip dan diapun bilang “ pantesan aja kamu suka begadang“
begadang? Ya emang kata pa haji Rhoma gak bagus, tapi gimana donkkkk sebenarnya tanpa kopipun aku tetap begadang, aku juga baru-baru aja suka ama kopi, tapi sekali suka aku malah milih yang murni, saat aku menghirup aroma kopinya, terus menikmati sensasi wanginya, uuuhhh mungkin dari sanalah aku jadi suka kopi. “ perempuan berambut ikal itupun mengangguk, (tanda mengerti apa mengantuk ya?).

I imagine my life is a boat.



Pernahkah kamu berlayar?
Okay. Mungkin kata ‘berlayar’ akan dengan segera menciptakan kesan kalau kamu sedang berada di atas sebuah kapal pesiar lalu pelesir ke pulau-pulau perawan dan menghabiskan waktu dengan minum cocktail atau menyelam di laut yang masih jernih bersama ikan-ikan yang bersembunyi di balik terumbu karang. Sebuah wisata istimewa; mahal sekaligus romantis, yang tidak mudah terlupakan, malah mungkin juga akan menagih.
Ya, ya. Mungkin itulah yang terbayang ketika saya bertanya, “Pernahkah kamu berlayar?”
Tapi bukan itu saja yang saya maksud, karena ‘berlayar’ yang saya tanyakan tadi adalah kegiatan menumpang sebuah kapal, entah pelesir mewah dengan cruise ship atau hanya berdesak-desakan di kapal feri untuk mengantarkan kamu menuju ke sebuah tempat yang terpisahkan oleh lautan yang sangat luas, juga dalam.
Iya. Berlayar yang seperti itu.
Jadi, jadi.
Saya tanya sekali lagi.
Pernahkah kamu berlayar? Dengan apa saja; kapal pesiar nan mewah, kapal feri penumpang, atau perahu layar pribadi. Pernahkah kamu?
Kalau jawabanmu adalah ‘tidak’, itu artinya, saya akan berpanjang-panjang cerita dengan kamu di sini. Nah, kamu mau menjadi korban kebawelan saya? Kalau iya, haha, silahkan ambil nomor antrian, duduk manis, dan selamat membaca… :)
Kalau dulu saya pernah mengibaratkan hidup adalah semacam roller coaster, naik turun dengan kecepatan tinggi, doyong kanan kiri masih tanpa mengurangi kecepatan, berputar sampai tiga ratus enam puluh derajat tanpa peduli pada manusia-manusia yang perutnya sudah mual bahkan kebelet pipis saking paniknya… well, kini saya menganggap perjalanan hidup adalah seperti menaiki perahu.
Iya. Perahu. Sebuah alat transportasi yang sanggup membelah laut dan memudahkan saya untuk bisa sampai ke suatu daratan lain yang terpisah lautan yang sangat dalam. Iya, perahu.. perahu. Persis seperti yang ada di bayangan kamu semua.
I imagine my life as a boat. Perahu yang berlayar dari pelabuhan menuju ke sebuah teman yang saya idam-idamkan. Sebuah tempat yang menjanjikan kesenangan. Ke sebuah tempat yang saya tahu saya akan menghabiskan waktu dengan tertawa, bercanda, minus rasa sedih yang terlalu berlarut-larut.
I imagine my life as a boat. Perahu yang berlayar mengarungi lautan yang tidak terukur kedalamannya, yang bisa jadi memiliki pusaran-pusaran air yang mampu menyedot masuk seluruh benda yang terapung di atasnya. Yang only God knows, sedahsyat apa ombak-ombak itu bergelung, merangkul, menjilati sisi-sisi lambung perahu, mendorongnya maju ke depan, mendoyongnya ke samping kiri dan kanan, bahkan bisa jadi memeluk habis perahu itu dan membawanya sampai ke dasar.
Life is a boat, indeed. Bukan perahu yang terparkir di dek suatu pelabuhan, melainkan perahu yang berlayar. Menyusuri lautan yang tak pernah kita tahu seberapa dalam. Menyusuri lautan yang tak pernah kita sangka seberapa berbahaya.
Hidup dimulai ketika perahu itu mulai mengangkat sauhnya, mulai bergerak meninggalkan pelabuhannya, mulai bergerak menuju ke tempat yang saya inginkan, yang menjadi tujuan saya dari awal.
Seperti sebuah perahu yang berlayar menyusuri lautan dalam, saya tidak akan pernah tahu apa yang kelak akan terjadi. Sekalipun dari awal saya berharap agar perjalanan nanti akan selalu menyenangkan, smooth sailing ride, dengan ombak yang tenang dan angin yang bersahabat serta langit yang secerah vanila, tapi saya harus tahu persis kalau bisa saja di dalam perjalanan nanti, saya akan menjumpai ombak yang bebas menggulung siapapun di atasnya, angin yang berubah menjadi badai dahsyat, dan langit yang menangis hebat.
Siapapun juga, tidak hanya saya, yang menginginkan perahunya berlayar dengan tenang dan softly reaches the perfect shore.
Siapapun juga, tidak hanya saya, yang mendambakan perjalanannya mulus-mulus saja, minus muntah, minus ketakutan-ketakutan, minus resah gelisah, dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya.
Siapapun juga. Dan itu termasuk kamu. Juga saya.
Tapi sekali lagi… apakah mungkin ombak akan tenang-tenang saja? Menurut saja ketika saya berucap, “Hey, Ombak! Be gentle with me, will ‘ya?”
Dan apakah hujan segera berhenti tumpah dari langit saat saya memohon padanya sambil berkata, “Hujan… I’m scared. Berhenti jatuh dari langit, please…“?
Tidak.
Ombak tetap akan bergulung.
Hujan akan tetap turun dengan dahsyatnya.
Because that’s what life is.
Tidak ada yang sempurna. Tidak akan selalu mudah dan managable, tapi bisa jadi akan sangat menakutkan, menyebalkan, meresahkan, dan membuat saya putus asa. Tapi juga tidak melulu menyebalkan dan menakutkan, karena smooth sailing bisa saja terjadi. Buktinya, banyak sekali perjalanan dengan kapal feri yang berhasil mengantarkan ribuan penumpangnya setiap hari, kan?
Itulah kenapa, saya mengatakan, I imagine my life is a boat. Mungkin bakal ada debur ombak yang terlalu keras tapi bisa jadi, ombak dan angin malah sangat bersahabat… Not always smooth sailing, I know. But once the boat is sailed, I have to deal with any hurricanes along the way….
(Dan karena saya tahu kalau hidup adalah sebuah kapal yang menyusuri lautan yang tak terduga, saya memang harus rajin-rajin memantau prakiraan cuaca dan menyiapkan safety jacket, just in case… ^_^ )

Selasa, 22 Juni 2010

FIRST YOU CRY



Namanya juga manusia! Begitu mendapat kabar yang menyedihkan, ya jelas terkejut dan’nangis’ !” Begitu kita membela reaksi pribadi seperti menjerit, menangis, tidak percaya atau bahkan mengamuk. Namanya juga manusia. Namun, apa tuntunan Allah bagi hamba-hambaNya yang mendapat ujian berupa kehilangan dan penderitaan?
Ada seorang peneliti di Amerika bernama Elizabeth Kubler-Ross yang meneliti reaksi dukacita pada manusia yang mengalami kehilangan atau bahkan menghadapi kematian, misalnya sesudah diberitahu tentang diagnosis kankernya. Dalam buku berjudul “ On Death and Dying “ menurut Kubler Ross ada lima tahap reaksi emosional yang dilewati seorang yang menghadapi kematian.
Yang pertama adalah denial atau pengingkaran. “ Nggak mungkin ini terjadi padaku!” Lalu, diikuti dengan anger alias amarah dan tidak mau menerima “ kenapa harus aku yang mengalami ini? Memangnya aku salah apa?”
Tahap berikutnya adalah bargaining atau tawar menawar dengan kekuatan manapun yang dipercaya bisa di ajak tawar menawar “ Tuhan, aku janji kalau Kau angkat penyakitku ini, aku akan jadi orang yang lebih baik.”
Tahap berikutnya adalah depression alias depresi. “ Masa bodo! Aku nggak perduli lagi. Mau mati kek, mau lumpuh kek.” Tahap terakhir adalah acceptance alias kepasrahan “ Aku sudah menerima apapun kondisiku dan aku siap”
Salah satu manfaat buku-buku semacam itu adalah memang membantu pembacanya mengeksplorasi batinnya di saat menghadapi kemalangan. Namun, Allah SWT mempersiapkan hamba-hambaNya menghadapi kehilangan dengan cara yang terbaik, yang akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat. Beginilah cara seorang Muslim menghadapi musibah berupa kekurangan, penderitaan, kehilangan, kesakitan….
FIRST, YOU ASK FOR ALLAH’S FORGIVENESS
Kebanyakan kita sudah dilatih oleh ayah ibu dan Muslim-muslim yang baik di sekitar kita untuk mengucapkan istighfar saat mendengar kabar yang menyedihkan. Dalam keadaan sangat terkejut sekalipun, yang kita lakukan adalah memohon ampunan Allah atas segala dosa dan kekhilafan. Kalaupun musibah itu Allah tentukan sebagai peringatan bagi kita, maka semoga menjadi penghapus dosa pula.
MENGEMBALIKAN KEPADA ALLAH
Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun. Segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Inilah ucapan seorang yang beriman dan bertaqwa. Kekayaan kita yang hilang karena kita ditipu orang, itu memang milik Allah. Nyawa orang yang kita cintai, ketika diambilNya kembali, memang milikNya. Kesehatan, kekuatan, kecantikkan, dan wajah yang tampan adalah milik Allah; terserah Dia bila hendak mengambil kembali. Dengan mengucapkan ini, insya Allah dosa kita di hapuskan Allah.
MENANGISLAH BILA INGIN
Ada kecenderungan kita melarang orang yang sedang berduka menangis. Kenapa? Biarkan sahabat kita menangis karena kehilangan seseorang yang amat ia cintai(suami/saudara/orangtua). Yang tidak boleh adalah mengatakan hal-hal yang tidak benar tentang Allah.
BERSANDARLAH KEPADA ALLAH.
Sesedih apapun kita dan sefrustasi apapun kita, jangan sampai setan berhasil menjebloskan kita ke dalam kemusyrikan karena inilah dosa yang tak bisa diampuni. Ketika kehilangan orang atau sesuatu yang dicintai, jangan dengarkan setan-setan berbentuk manusia yang mengajak kita untuk bertanya dan minta pertolongan dari “orangtua” “orang pintar” atau “kyai sakti”. Mereka tidak tahu yang ghaib karena mereka cuma manusia biasa. Yang mengetahui yang ghaib hanyalah Allah semata. Sandarkan nasib kita dan orang yang kita cintai itu hanya kepada Allah.
MINTALAH BANTUAN SAUDARA.
Inilah saatnya saling membantu. Jangan malu meminta pertolongan keluarga,sahabat,saudara,psikolog,dokter atau siapapun manusia yang bisa membantu kita menghadapi cobaan dari Allah. Tapi, tetaplah letakkan nasib kita hanya di dalam genggaman kasih sayang Allah. Fallahu khairan hafizha wa huwa arhamurrahiimin-Maka Allahlah Penjaga Terbaik dan Dia Maha Penyayang dari segala yang penyayang.
IKHTIAR,DOA,DAN TAWAKAL
Inilah resep dari Allah bagi hamba-hambaNya yang menghadapi cobaan: berusaha terus mengatasi kesulitan dan penderitaan, sambil terus berdoa dan bertawakal. Kalau kita hanya berikhtiar mengatasi masalah tapi tanpa berdoa, tak ada gunanya bagi kehidupan kita dunia dan akhirat. Kalau kita hanya berdoa tanpa ikhtiar, tak ada pula gunanya. Jadi, harus lengkapi Ujung dari semua ini adalah berusaha untuk tetap sabar, menerima ketentuan Allah. Insya Allah, musibah yang kita hadapi menjadi bagian dari keberuntungan kita dunia akhirat sebagai orang yang beriman.

Minggu, 20 Juni 2010

mengingat biola tak berdawai = mengenangmu......

Secara ringkas film itu bercerita tentang perempuan Renjani yang mengelola panti asuhan untuk anak-anak yang otaknya cacat, dan berpengaruh kepada inderanya sehingga disebut tunadaksa. Di antara anak-anak tunadaksa itu, Dewa adalah yang paling dekat dengan Renjani, seperti anaknya sendiri. Renjani, tidak pernah menceritakan tentang kehidupan pibadi dan masa lalunya kecuali dengan seorang dokter, Mbak Wid, yang ada di tempat rehabilitasi tersebut..
Suatu ketika datanglah seorang pemain biola muda, Bhisma, yang turut menyumbangkan perhatian untuk kehidupan anak-anak cacat di panti tersebut. Bhisma, pemain biola muda tersebut  jatuh cinta kepada Renjani, dan berusaha menggambarkan kembali dunia Dewa melalui biolanya.Sayangnya, Renjani mati karena kanker rahim dan tak pernah sempat mendengar karya Bhisma, yang hanya sempat memainkannya di depan kuburan perempuan yang dicintainya itu.
MBAK WID
Duh, Renjaniiii, Renjani, saya tahu kamu sangat sayang kepada Dewa. Tapi itu anak tidak mengerti omongan kita. Itu anak tidak mengerti apa-apa. Dia bukan saja jaringan otaknya yang rusak, tapi juga autistic. Matanya terbuka tapi tidak melihat. Telinganya tidak mendengar. Kamu sendiri kan sudah melihat hasil testnya.
RENJANI
Tapi hasil test itu kan cuma memberi tahu keadaan fisiknya saja. Kita tidak pernah bisa tahu bagaimana perasaan Dewa.
MBAK WID
Kamu bilang tadi Dewa memegang kerang? Mungkin itu karmanya, mungkin itu pertanda… dia sedang berjalan ke alam lain. Mungkin di kehidupan sebelumnya Dewa terlahir sebagai kerang.

( dalam benak Dewa )
*Dulu aku adalah kerang yang diam dan menunggu dalam waktu. Semestaku hanyalah rumahku yang telah melekat bersama diriku. Aku hanyalah kerang yang tumbuh di dasar lautan di balik batu karang. Begitu banyak kerang di sekitarku, mungkin kami berasal dari induk yang sama, tetapi meski kami tahu ada sesuatu di luar semesta kami, tiada cara untuk mampu saling menahu. Kami hanya diam, terdiam dan berdiam di dalam dunia kami sendiri. Apakah kami bahagia? Apakah kami berduka? Aku sudah lupa. Karena kami adalah kerang yang bisa membuka dan menutup rumah kami tentu kami berjiwa, tetapi kami sungguh-sungguh lupa apakah kami mempunyai hati. Ada kalanya kami melebur bersama menjadi terumbu karang. Dari kerang ke karang—hanya satu huruf jaraknya, namun memerlukan waktu jutaan tahun bagi kami untuk menjadi karang terindah dalam cahaya matahari yang tidak diam tetapi tumbuh dengan sangat amat pelahan.
Mungkin aku kerang, mungkin aku karang. Apakah ini berarti lahir kembali sebagai bayi tunadaksa adalah suatu kemajuan? Tetapi aku hanya bisa meraba masa laluku dengan samar-samar. Apabila rumah itu tertutup aku hanya berdiam dalam kegelapan. Tetapi kegelapan bukanlah kesepian. Di dasar laut kami tergeser oleh gelombang sampai berkilo-kilo meter jauhnya, bagaikan suatu pengembaraan. Setiap kali setelah rumah tertutup, setiap kami membukanya sudah berada di tempat lain. Mungkinkah semuanya berpindah dalam suatu eksodus panjang ke pulau seberang, namun aku tetap tinggal terbenam dalam lumpur kegelapan?
Mungkin aku kerang, tapi mungkin tidak pernah menjadi karang. Terbayangkan olehku kisah perjalanan hidup yang barangkali tidak terlalu membosankan. Aku adalah kerang yang memang teronggok di antara karang. Gelombang lautan sedikit demi sedikit membawaku mendekati tepi pantai, sehingga para nelayan yang gagal mendapat ikan tuna mengambil kerang karena tiada pilihan. Beratus-ratus kilo kerang terlelang di pelabuhan dan diangkut menuju pedalaman. Aku berada di antara tumpukan karung-karung berisi ribuan kerang yang diangkut kendaraan dengan bak terbuka naik turun perbukitan menembus hutan menuju ke kota di mana terdapat warung tenda yang hanya buka pada malam hari dan menyediakan kerang rebus sebagai menu makanan.
Dari pasar kami terpisah-pisah ke berbagai jurusan. Seorang laki-laki pemilik warung tenda membawa sebagian dari kami dalam sebuah karung yang hanya terisi setengahnya. Isi karung itu kemudian dipindahkan ke dalam keranjang, dan bersama keranjang itu dibawa para pembantu pemilik warung ke tempat mereka akan memasang tenda warung dengan gambar kepiting, kerang, udang, dan ikan yang bagai melambai-lambai dengan janji kelezatan.
Semula aku terletak paling atas, namun ketika isi keranjang dipindah ke ember, aku terletak paling bawah. Demikianlah warung di tepi kaki lima itu mulai didatangi orang-orang kelaparan. Mereka makan ikan, mereka makan kepiting, mereka makan udang, dan akhirnya mereka juga makan kerang. Sedikit demi sedikit tumpukan di atasku menipis.
“Tambah lagi dong kerangnya,” begitu kudengar suara di balik meja.
Tiba saatnya aku terserok bersama sekitar duapuluh kerang lain, langsung dimasukkan air panas mendidih.
Barangkali juga dikau yang menelanku malam itu, waktu dikau makan kerang rebus itu bersama dengan kekasihmu. Jika memang ini yang terjadi, berarti aku harus berterimakasih kepadamu, karena setidaknya dikau menjadi perantara kelahiranku kembali ke dunia—dari kerang menjadi anak tunadaksa.


hmm......film itu ku putar kembali, pertama kali film itu ku lihat pada tahun 2004 saat kamu memberiku sebuah hadiah " lihat dech, pasti kamu suka han....." 
aku tersenyum, dan benar saja film itu cukup menguras air mata, di film itu menggambarkan cinta sebenar antara manusia. 
dan...kini, film itu kuputar untuk kedua kalinya....dan kembali kedua mataku basah, selain karena isinya film itu mengingatkanku padamu yang tlah pergi dan tak kembali ....
* teruntuk saudariku yang selalu ku kenang....ternyata Allah lebih sayang padamu T_T

i loveeeeeeeeeeeeeeeeee this song

Rabu, 09 Juni 2010

kami dan si kotak ajaib

Setiap hari kami saksikan kesadisan di luar logika,
juga pertikaian yang tak selesai diiringi tarian nan vulgar,
gosip para selebriti, serta gentayangan para hantu setiap jamnya…
Kami larut dalam kisah cinta anak sekolah berseragam putih merah,
putih biru dan putih abu-abu…
lalu sibuk mendukung bintang baru lewat SMS…
Dari pagi sampai malam
kami menghafal televisi…
kami cerna kelicikan, darah, goyangan, dan semua jenis hantu sambil mendebukan buku-buku…
Di sekolah guru bertanya tentang cita-cita,
dan sambil menguap panjang kami menjawab…
kami ingin jadi orang paling berguna bagi negeri ini
seperti yang pernah dinasihatkan orangtua, guru, pejabat, politisi, ulama,
dan selebriti kami di televisi…

memberi cahaya dengan membakar dirinya

Benda ini sering berpenampilan  bersih, meskipun kadang ada juga yang berwarna beda. Ia senantiasa disimpan, bahkan terkadang terlupakan di mana meletakkannya. Namun ia bisa menjadi sangat diperlukan, ketika dunia kegelapan menyelimuti.
Ia muncul manakala dibutuhkan dan terbuang manakala kehadirannya tak lagi diharap. Meski mungil, ia berdaya guna. Sayang ia perlu pemantik dan penyemangar untuk tegar bekerja. Ia perlu dukungan, meski sekejap dan ia perlu pula perlindungan untuk terus bekerja. Ia memerlukan ada uluran jasa tangan yang menyatukan.
Bila ia telah bekerja, ia tak memperhitungkan dirinya. Samapai hancurpun ia tak pernah mengeluh. Ia tak pernah berhitung dan sering tak diperhitungna. Ia tak pernah merasa menjadi pahlawan, meskipun pada waktu tertentu ia memang pahlawan. Dan setiap ia bekerja, ia senantiasa mengorbankan dirinya, apakah hanya dalam waktu sesaat atau  malah tak cukup untuk sekedar semalam ia perlu diganti yang sejenis!
Ia tak pernah berhitung apakah dirinya bersisa atau hancur tak bersisa. Bila ia masih bisa bersisa, ia bisa menjelma menjadi kembali adanya dan bekerja kembali mengorbankan dirinya.
Ia bekerja sempurna dan hanya badai yang mampu meruntuhkan semangatnya.  Ia sebenarnya mampu bekerja di sembarang waktu, meskipun ia lebih benderang di malam pekat.  Kesempurnaan dirinya diwujudkan kemampuan dirinya untuk bertiwikrama  berubah wujud menjadi yang lebih besar atau lebih kecil, tapi ia tak kuasa menentukan, karena ia hanya sebuah benda.
Kau menjadi primadona di suatu saat…
Kau menjadi sekedar pengganti di saat berbeda…
kau dicari sampai ke kolong,
Kau juga bisa dibuang semau siapa…
Tapi apapun …. berjasa meredakan ketegangan para pihak….
Semoga kita bisa menjadi lilin yang mengorbankan dirinya untuk menerangi sekitarnya, sampai leburpun ia menjadi penerang bagi semua!!!